Tuesday, October 30, 2007


Dalam Mihrab Cinta

Category: Books
Genre: Religion & Spirituality
Author: Habiburrahman El Shirazy

Buku ini berisi 3 novel
1. Takbir Cinta Zahrana
Seorang wanita bernama Zahrana, yang dulu menunda-nunda menikah. Dulu pinangan datang silih berganti, tapi dia selalu menolak karena alasan karir dan terlalu memilih. Sat usia sudah lebih 30 thn, dia pun sadar, dan akhirnya mau menikah dengan siapa saja, asal dengan laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik untuknya. Sempat melewati berbagai rintangan untuk menuju jenjang pernikahan, terutama sejak dia menolak pinangan seorang dekan kampus yang berakhlak buruk.

2. Dalam Mihrab Cinta
Syamsul yang difitnah mencuri oleh salah satu temannya di pesantren sehingga dia di usir dari pesantren. Dia sempat benar-benar menjadi seorang pencopet karena alasan perut. Tapi berkat pertolongan Allah, dia kembali ke jalan yang benar dan namanya kembali bersih, karena pencuri sebenarnya 'Burhan' sudah ketahuan

Note: ini hanya petikan dari sebuah roman yang juga di beri judul yang sama, yang sedang di garap Kang Abik

3. Mahkota Cinta
Zulhadi, pemuda indonesia yang merantau ke Malaysia. Demi bisa melanjutkan kuliah ke jenjang S2, dia banting tulang bekerja siang dan malam. Sempat jatuh cinta - dengan seorang TKW yang dikenal saat perjalan dari Batam ke Malaysia - sehingga membuat dia tidak semangat bekerja dan kuliah. Tapi berkat teman-teman satu kontrakannya yang begitu peduli padanya, dengan nasehat-nasehat mereka, akhirnya dia bisa keluar dari permasalahan tersebut, dan berhasil menyelesaikan kuliahnya

Satu hal yang menarik dari ketiga novel ini, karena kesemua tokoh ceritanya bukanlah tokoh yang "sesempurna" ' Fahri dan Aisyah di Ayat Ayat Cinta' dan 'Azzam di Ketika Cinta Bertasbih'. Mereka ada orang-orang yang sifat-sifatnya mungkin sangat mudah kita temukan di muka bumi ini.



Pudarnya Pesona Cleopatra

Category: Books
Genre: Religion & Spirituality
Author: Habiburrahman El Shirazy

Ada dua novel mini didalam buku ini
1. Pudarnya Pesona Cleopatra
Subhanallah. Seorang istri salehah bernama Raihana, yang senantiasa sabar dan memuliakan suaminya meski suaminya telah berbuat zhalim kepadanya, hanya karena Raihana tidaklah wanita cantik seperti gadis-gadis mesir titisan cleopatra.

Lewat novel ini, Kang Abik mengajarkan kita satu pelajaran berharga, bahwa kecantikan fisik bukan suatu jaminan bahwa hidup akan bahagia. Dan di akhir ceita Kang Abik menulis sebuah kalimat singkat, "untuk mereka yang menganggap kecantikan segalanya"

2. Setetes Embun Cinta Niyala
Seorang gadis salehah bernama Niyala yang sangat berbakti kepada orangtua dan menemukan cinta sejati yang dicari.

Membaca kedua novel mini ini, membuat sebuah harap dan doa terucap dalam hati. Semoga bisa menjadi Raihana dan Niyala, yang berbakti kepada suami dan orang tua dengan ikhlas hati

Oh...Raihana, Oh...Niyala, kisahmu membuat aku masuk dalam dunia penuh tawa dan air mata


Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

Category: Books
Genre: Religion & Spirituality
Author: Salim A. Fillah

Menikah adalah solusi termanis yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang mendambakan hubungan halalan thayyiban, yang akan memberikan ketentraman batin dan kasih sayang yang berpahala. Sebaliknya, hubungan yang dilakukan sebelum akad nikah adalah haram dan dosa
"Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian berkesanggupan ba'ah maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya ia dapat memejamkan mata dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, maka atasnyalah puasa. maka sesungguhnya puasa itu benteng baginya" (HR Al Bukhari dan Muslim)

Selain itu juga diberikan contoh kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW yang bisa dijadikan tauladan bagi kita semua.
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik terhadap keluarganya dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap keluargaku. Tidaklah memuliakan wanita kecuali orang yang mulia. Dan tidaklah menghinakan wanita kecuali orang yang hina" (HR Ibnu 'Asakir)

Indahnya Sabar
Category: Books

Genre: Religion & Spirituality
Author: Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah

Buku yang isinya banyak memberikan manfaat dan pelajaran berharga tentang sifat sabar dab syukur. bagaimana kedua sifat tersebut bisa menjadi pegangan untuk menuntun kita menuju kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Insya Allah. Amin.

"Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al-'Ashr [103]:2-3)

La Tahzan..Jangan bersedih
Category: Books

Genre: Religion & Spirituality
Author: DR, 'Aidh al-Qarni

Sudah berulang kali saya membaca buku ini dan tidak pernah merasa bosan. Selain karena cara penulisannya yang ringan dan mudah dimengerti, tentu saja yang paling utama adalah karena isinya yang memberikan banyak manfaat, terlebih lagi disertai dengan dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnah

"Dan, janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati [QS. Ali 'Imran:139]

Rindu Tanpa Akhir

Category: Books

Genre: Religion & Spirituality
Author: Imam Al-Ghazali

Buku yang mengupas tentang cara mencintai dan dicintai Allah.Dan hanya dengan cinta, ibadah menjadi mudah, kepatuhan menjadi kerinduan, ketaatan menjadi dambaan

"Dia mencintai mereka, dan mereka mencintai-Nya (Q.S. Al Ma'idah:54)

AGar Bidadari Cemburu Padamu

Category: Books


Genre: Religion & Spirituality
Author: Salim A. Fillah

buku yang menuntun wanita untuk menjadi wanita shalihah agar kelak menjadi penghuni surga, sehingga bidadari yang ada di surga akan cemburu kepada mereka

KuPinang Engkau Dengan Hamdalah

Category: Books
Genre: Religion & Spirituality
Author: Mohammad Fauzil Adhim

Saya meminjam buku ini dari seorang teman yang lagi dalam proses menuju jenjang pernikahan.

banyak hal yang diulas dalam buku ini, dan yang paling utama adalah bagaimana agar pernikahan menjadi barakah sehingga keluarga sakinah pun Insya Allah bisa terwujud

Friday, October 5, 2007

Tentang Kita





Ku coba mengerti
ku coba memberi
Semua yang kau mau
Belahan jiwaku

Tak ingin menunggu
Hati penuh duga
Tanpa jawabanmu
Kau buatku luka

J’ai perdu mai raison
Me laisse à l’abandon
Dis moi où va ma vie
Si tu es loin d’ici, loin d’ici

Walaupun berakhir
Kau masih disini
Walaupun berakhir
Biarku bermimpi
Tentang kita

Je regarde en arrière
J’y vois couler une larme
J’ai perdu mes repères
La couleur de mon âme

Hanya ada do’a
Yang aku ucapkan
Atas nama cinta
Dibawah rembulan

Semua asa hilang
Ditelan sang malam
Yang aku cintai
Mengapa kau pergi, kau pergi

Walaupun berakhir
Kau masih disini
Walaupun berakhir
Biarku bermimpi
Tentang kita

meme si tu es parti
je t’imagine encore
meme si tu es parti
je te serrai encore bien plus fort, bien plus fort, plus fort



تامالي مااك




Tamally Maak (Im always with u) by Amr Diab ...

Tamally maak
We law hata ba eed any,
Fe alby hawak.
Tamally maak
tamally fe baly we fe alby
Wala bansak
Tamally waheshny,Low hata bakoon waiak.
Tamally maak
We law hata ba eed any
Fe alby hawak.
Tamally maak
Tamally fe baly we fe alby
Wala bansak
Tamally waheshny,
Low hata bakoon waiak.
Tamally habibi bashtaklak
Tamally alaya men badlak
We law hawalaya kol el doon
Ta ool ya habibi bahtaglak.
Tamally habibi bashtaklak
Tamally alaya men badlak
We law hawalaya kol el doon
Ta ool ya habibi bahtaglak.
Tamally maak
Maak alby, maak rohy
Ya aghla habib
Ya aghla habib.
We mahma tekoon baeed any
Le alby areeb.
Ya omry el gai wel hader,
Ya ahla naseeb.
Tamally maak(maaaak)
Maak alby, maak omry
Ya aghla habib Ya aghla habib
We mahma tekoon baeed any
Le alby areeb.
Ya omry el gai wel hader,Ya ahla naseeb.
Tamally habibi bashtaklak
Tamally alaya men badlak
We law hawalaya kol el doon
Ta ool ya habibi bahtaglak.

Tuesday, October 2, 2007

Sandal jepit Istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku.
"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.
"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi.

"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya."

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
"Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...," ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

(Oleh : Yulia Abdullah)

Keterangan
(*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad
(**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau mampu lebih dari itu
(***) ‘iffah : mampu menahan diri dari rasa malu